Sebuah kerajaan yang pernah berdiri kokoh dan megah di masanya di tanah Binongko Wakatobi yakni Kerajaan Palahidu.
Hal ini ditandai dengan adanya Benteng Palahidu sebagai simbol sebuah kerajaan itu pernah ada dan berkuasa di tanah pulau Binongko.
Binongko adalah salah satu nama pulau pengusung nama Kabupaten Wakatobi yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko). Nama pulau Binongko disebut diakhir karena posisinya yang paling jauh dan terujung di wilayah kabupaten Wakatobi sekaligus yang paling Tenggara di kaki wilayah Sulawesi Tenggara.
Sebelum mekar menjadi bagian Wakatobi, pulau ini disebut juga sebagai pulau tukang besi. Meski begitu, orang-orang Binongko juga dikenal dengan kegagahan dan keberaniannya dimasa itu.
Bicara tentang kerajaan, di pulau Binongko sebenarnya ada beberapa kerajaan besar yang pernah berkuasa seperti kerjaan palahidu, kerajaan Watiua, kerajaan Wali dan beberapa kerjaan kecil lainnya.
Masyarakatnya tidak begitu banyak, karena pulau Binongko juga bukan pulau besar. Tetapi pada masa itu masyarakatnya seakan hidup berkelompok, bergantung kepada bagian mana wilayah mereka termasuk dalam wilayah kekuasaan kerjaan siapa.
Tentang Benteng Palahidu
Adanya benteng Palahidu memberi dua simbol penting.
Pertama tentang simbol masuknya agama Islam di pulau Binongko. Hal ini ditandai dengan adanya tiang mesjid yang masih kokoh yang berada di sekitar wilayah benteng.
Kedua, sebagai simbol atau lambang bentuk perlawanan masyarakat di pulau Binongko dalam melawan penjajah yang masuk ke sini. Hal ini ditandai dengan adanya salah satu susunan benteng Palahidu yang masih kokoh menghadap kelaut lengkap dengan meriam-nya.
Benteng Palahidu berada di sebelah barat desa Palahidu Barat (One-One). Memiliki posisi menghadap laut dengan suguhan pantai Palahidu dengan pasir putih yang memesona.
Para tetua dan orang-orang penting dan berpengaruh di kerajaan ini juga beberapa dimakamkan di dalam dan disekitar benteng. Termasuk makam tiga susun ya g menjadi ikonik benteng Palahidu.
Beberapa makam disini juga menjadi makam keramat dan sering diziarahi terkadang untuk sesembahan.
Benteng Palahidu juga menjadi salah satu simbol kerjaan yang kokoh dan kuat dimasanya. Sebab, beberapa kerjaan kecil lainnya ada yang tidak sempat menyelesaikan pembangunan bentengnya sebab tidak kuat melawan serangan musuh.
Kerajaan yang Berkuasa di Pulau Binongko
Cerita ini bisa anda buktikan sendiri, dengan ikut menanyakan apakah ini termasuk dalam cerita fakta atau mitos.
Sulitnya, bicara tentang sejarah Binongko termasuk cerita kerajaannya di masa lalu tidak ada yang dibuat tertulis, hanya bisa di dapat dari sumber lisan, sementara para informan dan narasumber atau tetua di pulau Binongko ini juga sudah tidak ada yang dapat memberi cerita yang pasti.
Sehingga informasi dan cerita tentang Pulau Binongko menjadi simpang siur dan sulit menemukan titik kejelasan dari cerita dan sejarah yang valid.
Kita kembali pada cerita tentang kerajaan yang berkuasa di pulau Binongko, Wakatobi.
|
Ilustrasi tentang kastil, benteng yang besar, awan dan langit, lambang sebuah bekas kejayaan di masanya. Foto by: DavidPogue |
Benteng Palahidu adalah simbol sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di tanah Binongko, Wakatobi.
Pulau Binongko dan masyarakatnya hingga saat ini dihuni oleh dua suku budaya. Yakni suku Mbeda-Mbeda dan Cia-cia.
Pada zaman dahulu, suku Cia-Cia adalah orang pendatang dari Buton Bau-Bau. Jadi kehadirannya sedikit kurang disenangi di tanah Binongko.
Meskipun hingga saat ini mereka tetap menjalin hubungan yang solid, akrab dan bersaudara.
Sebuah kerajaan yang pernah berjaya di tanah Binongko yakni Kerajaan Palahidu. Kerajaan ini berjaya dan berkuasa di masanya.
Gelar sang raja adalah Jou. Jou adalah kasta tertinggi di kerajaan Palahidu Binongko. Ada juga gelar La Ode dan Wa Ode, namun disebut bahwa gelar ini hanya setara dengan kelas bangsawan biasa tapi bukan gelar untuk keturunan raja Palahidu.
Pada masa itu. Setidaknya ada 3 kerajaan dan kekuasaan yang ada di pulau Binongko. Pertama adalah kerajaan palahidu, kedua kerajaan di Watiua dan dan kerajaan di Wali.
Namun, tidak ada yang tahu lebih jelas, manakah yang termasuk kerajaan pertama di pulau Binongko.
Akan tetapi, dari sumber lisan yang ada, dituturkan bahwa kerajaan yang besar dan paling berkuasa saat itu adalah kerjaan palahidu yang memiliki kekuasaan hampir di seluruh pulau Binongko.
Sang Raja Jou Palahidu, disebut-sebut merupakan turunan dari kerajaan kesultanan Buton.
Namun cerita itu tidak diakuinya, dan masih menjadi berita yang belum mendapat jawaban. Namun penjelasan itu secara tidak langsung menjawab pertanyaan masuknya islam pertama di pulau Binongko.
Di Wilayah benteng kekuasaan kerajaan palahidu ini terdapat sebuah tiang mesjid yang masih kokoh berusia ratusan tahun kira-kira.
Sedangkan sebuah bukti bahwa kerajaan Palahidu termasuk kerajaan yang berkuasa adalah perlakuannya terhadap orang pendatang.
Siapapun yang berani datang ke pulau Binongko maka harus membayar pajak/upeti. Jika tidak maka pilihan hanya ada dua, dibunuh seperti akan dipenggal kepalanya atau diusir dan jangan menginjak tanah Binongko.
Benteng palahidu juga dibangun dengan begitu luas, dan termasuk kekuasaan dan batas yang tak terhingga di pulau Binongko.
Namun di suatu ketika, masuknya orang-orang buton cia-cia ke pulau Binongko membuat keutuhan kerajaan ini mulai goyah. Mulai merasa terusik, terganggu dan tidak nyaman.
Masuknya orang Cia-cia ini mengambil alih wilayah timur di bagian Wali. Tidak mau terusir bahkan melawan dan gigih untuk tetap tinggal.
Pada akhirnya mereka membentuk sebuah kerjaan yakni Kerajaan Wali. Masa itu, kekuatan kerajaan Wali semakin kuat karena memiliki bantuan juga dari para 'Wentira'/Wali.
Wentira/Wali adalah orang-orang yang memiliki kehidupan diantara hidup dan mati, merupakan bangsa jin yang menyerupai manusia. Kekuatannya gaib, kehidupannya pun gaib, mereka menduduki bagian paling ujung timur Pulau Binongko.
Dari sumber lisan pun disebutkan bahwa, pernah ada cekcok dan peperangan antara kerajaan Palahidu dan Kerajaan Wali. Sebab kerajaan Wali adalah orang-orang pendatang dari Buton dan akhirnya mengambil tempat dan berkuasa juga.
Pertarungan terjadi, kematian dan kehancuran pun dialami. Hingga penduduk yang tinggal atau penghuni di kerajaan palahidu angkat kaki. Mereka menyebar dibeberapa tempat di pulau Binongko untuk mencari titik aman.
Sebab, saat itu diketahui bahwa para masyarakatnya juga terserang berbagai penyakit gaib yang mematikan, tidak ada lagi kehidupan di kerajaan Palahidu begitupun di kerajaan Wali.
Padahal, pada waktu itu juga diketahui mereka pernah menjalin kerjasama untuk sama-sama menyerang para gerilyawan untuk tidak datang dan masuk menjajah ke pulau Binongko.
Hal ini dibuktikan dari masing-masing kerjaan ini memiliki benteng pertahanan dan meriam sebagai alat untuk menyerang. Selain itu, meriam itu juga digunakan sebagai media untuk saling serang antar kerajaan, hingga pada akhirnya kedua kerjaan ini sama-sama berkahir dan runtuh.
Perselisihan itu membangun dua kubu yang terpisah antara blok barat dan timur. Sehingga mereka mengambil tempat dan tinggal di wilayah yang masih menjadi? kekuasaan mereka. Yakni masyarakat Cia-Cia bertempat tinggal di sebagian pulau Binongko bagian Timur, sedangkan bagian barat adalah masyarakat Mbeda-Mbeda.
________
Lalu, bagaimana dengan kerajaan Watiua pada saat itu?
Tentang kerajaan Watiua tidak memiliki cerita tertentu tentang perang antara kerajaan Palahidu dan Wali. Sepertinya mungkin lebih mencari titik aman.
Termasuk dengan wilayah kekuasaannya yang dekat dengan wilayah kerajaan Palahidu akan sangat membahayakan bila ikut menyerang.
Kebetulan, kerjaan Watiua ini memiliki kekuasaan di wilayah gunung di pulau Binongko. Tetapi, tidak semua wilayah pegunungan di pulau Binongko ini menjadi wilayahnya, sehingga meskipun disebut salah satu kerajaan besar tapi tidak sebanding dengan kerajaan Palahidu.
Setelah membaca cerita ini, Lalu bagaimana menurut kalian. Apakah ini fakta atau mitos?? Anda bisa bagikan pendapat anda di kolom komentar di bawah ini👇👇👇👇👇
3 Komentar